Nyamuk, meski kecil, ternyata mempunyai sensor penciuman yang tajam juga. Sebelum menggigit ‘korban’, nyamuk sudah mencium kehadiran calon korban dari jauh.
Peneliti menemukan bahwa nyamuk ternyata tertarik pada aroma gas karbondioksida alias CO2, yang merupakan gas hasil pernafasan manusia atau binatang. Lalu mencari korban lewat visual dan temperatur badan korbannya.
Penelitian dilakukan dengan menempatkan nyamuk-nyamuk di sebuah terowongan angin yang tertutup dan terkontrol. Sebanyak 20 ekor nyamuk dilepas ke dalam terowongan dengan sebuah spot hitam di lantainya.
Terowongan angin dipilih sebab, “Kami bisa mengontrol kondisi angin dan lingkungan nyamuk-nyamuk itu,” kata Jeff Riffell, ahli biologi dari Universitas Washington dalam keterangan resmi institusi itu. Pergerakan nyamuk dipantau dengan kamera video dan piranti lunak pelacak 3D.
Ketika gas udara biasa yang disemprotkan, nyamuk itu tak merespons. Tapi begitu gas dengan konsentrasi CO2 tinggi disemprotkan, nyamuk-nyamuk itu mulai bereaksi. Mereka juga mulai mendekati titik hitam, bahkan ada yang hinggap.
“Pada penelitian dengan lalat buah, kami mendapati bahwa paparan aroma yang menarik telah membuat binatang itu makin tertarik pada fitur-fitur visual,” kata Floris van Breugel, seorang ahli dari Laboratorium Dickinson, yang ikut menuliskan studi itu.
Menurut Van Breugel, temuan itu baru untuk lalat buah. Dia menduga, perilaku yang sama juga dimiliki nyamuk.
“Kami memprediksi ketika nyamuk terekspos CO2, yang merupakan indikator adanya ‘korban’, mereka akan menghabiskan banyak waktu melayang di dekat objek yang kontras, seperti objek hitam di latar belakang netral,” katanya.
Percobaan berikutnya adalah mengetahui informasi temperatur mempengaruhi terbang nyamuk. Untuk melakukannya, para ahli membuat dua objek kaca yang dilapisi bahan kimia tak berwarna yang bisa dipanasi pada temperatur yang diinginkan.
Satu objek dipanaskan sampai 37 derajat celcius (temperatur tubuh manusia). Sementara satu lagi dibiarkan dalam suhu kamar. Lalu keduanya diletakkan di terowongan, pada saat terowongan disemprotkan gas udara biasa dan CO2.
Ternyata nyamuk memberikan perhatian pada yang memiliki temperatur tubuh manusia, ada atau tidak CO2.
Dari percobaan-percobaan itu, ilmuwan menyimpulkan nyamuk bisa mencium CO2 dari jarak 10-50 meter. Dengan panduan visual dan temperatur tubuh korbannya, mereka mendekati korbannya. (CNN Indonesia)
Peneliti menemukan bahwa nyamuk ternyata tertarik pada aroma gas karbondioksida alias CO2, yang merupakan gas hasil pernafasan manusia atau binatang. Lalu mencari korban lewat visual dan temperatur badan korbannya.
Penelitian dilakukan dengan menempatkan nyamuk-nyamuk di sebuah terowongan angin yang tertutup dan terkontrol. Sebanyak 20 ekor nyamuk dilepas ke dalam terowongan dengan sebuah spot hitam di lantainya.
Terowongan angin dipilih sebab, “Kami bisa mengontrol kondisi angin dan lingkungan nyamuk-nyamuk itu,” kata Jeff Riffell, ahli biologi dari Universitas Washington dalam keterangan resmi institusi itu. Pergerakan nyamuk dipantau dengan kamera video dan piranti lunak pelacak 3D.
Ketika gas udara biasa yang disemprotkan, nyamuk itu tak merespons. Tapi begitu gas dengan konsentrasi CO2 tinggi disemprotkan, nyamuk-nyamuk itu mulai bereaksi. Mereka juga mulai mendekati titik hitam, bahkan ada yang hinggap.
“Pada penelitian dengan lalat buah, kami mendapati bahwa paparan aroma yang menarik telah membuat binatang itu makin tertarik pada fitur-fitur visual,” kata Floris van Breugel, seorang ahli dari Laboratorium Dickinson, yang ikut menuliskan studi itu.
Menurut Van Breugel, temuan itu baru untuk lalat buah. Dia menduga, perilaku yang sama juga dimiliki nyamuk.
“Kami memprediksi ketika nyamuk terekspos CO2, yang merupakan indikator adanya ‘korban’, mereka akan menghabiskan banyak waktu melayang di dekat objek yang kontras, seperti objek hitam di latar belakang netral,” katanya.
Percobaan berikutnya adalah mengetahui informasi temperatur mempengaruhi terbang nyamuk. Untuk melakukannya, para ahli membuat dua objek kaca yang dilapisi bahan kimia tak berwarna yang bisa dipanasi pada temperatur yang diinginkan.
Satu objek dipanaskan sampai 37 derajat celcius (temperatur tubuh manusia). Sementara satu lagi dibiarkan dalam suhu kamar. Lalu keduanya diletakkan di terowongan, pada saat terowongan disemprotkan gas udara biasa dan CO2.
Ternyata nyamuk memberikan perhatian pada yang memiliki temperatur tubuh manusia, ada atau tidak CO2.
Dari percobaan-percobaan itu, ilmuwan menyimpulkan nyamuk bisa mencium CO2 dari jarak 10-50 meter. Dengan panduan visual dan temperatur tubuh korbannya, mereka mendekati korbannya. (CNN Indonesia)