Tidak ada yang lebih menyenangkan mahasiswa kecuali memiliki dosen baik, smart, apalagi ditambah cakep. Nah, untuk urusan yang satu itu, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Unnes patut berbahagia. Pasalnya, di jurusannya ada dosen cantik bernama Pasca Kalisa.
Tak tanggung-tanggung, perempuan 26 tahun sudah meraih dual master’s degree. Hebat kan? Master’s degree Pasca diperoleh di Amerika selama setahun. Ia lulus dari Ohio State University mengambil program studi Foreign and Second Language Education dan meraih gelar Master of Arts.
Pada Juni 2012, perempuan yang hobi menyanyi ini kembali ke Indonesia untuk menyelesaikan tesisnya di prodi dan PTN yang sama, Unnes.
“Waktu itu saya menyelesaikan tesis yang proposalnya sudah di-approved pembimbing saya di Amerika,” cerita Pasca sebagaimana dikutip Radar Semarang.
Sekitar Februari 2013, ada perekrutan dosen di Unnes. Pasca tertarik mengikuti tes dan dinyatakan lolos. Pada Maret, ia resmi menjadi dosen di almamaternya sendiri. Ia meraih gelar master pada usia 22 tahun, dan menjadi dosen termuda di kampusnya saat itu.
Pasca mengaku banyak mendapat pengalaman selama belajar di Ohio. Awal datang ke sana, ia mengaku mengalami culture shock secara sosial dan akademik, karena sistem pembelajaran yang berbeda, khususnya dalam membaca dan menulis.
“Di sana saya benar-benar dituntut banyak membaca dan menulis agar bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Selain itu, saya juga dituntut untuk membaca materi yang dibahas hari itu. Kalau tidak (membaca) ya tidak bisa ikut kelas,” kenang anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Pasca mengaku menjadi dosen sudah menjadi cita-citanya sejak kecil. Pasca kecil suka mengumpulkan anak-anak di sekitar rumahnya untuk diajari. Anak-anak kecil itu diberinya buku dan pensil bukan karena tidak mampu, tapi itulah cara Pasca menyalurkan minat pada dunia pendidikan. Bahkan agar terlihat lebih nyata, ia kerap meminjam sepatu dan tas ibunya yang kebetulan juga seorang guru untuk mengajar.
Ke depan, Pasca masih memiliki cita-cita lain, yakni ingin melanjutkan S3 di luar negeri jika kondisinya memungkinkan mengingat ia baru mengajar setahun. Pasca ingin memajukan pendidikan Indonesia dan mencoba melakukan perubahan dalam cara mengajar dengan memberikan kebebasan kepada mahasiswanya untuk berpendapat dan berpikir kritis.
“Anak-anak Indonesia sangat berpotensi, dan tidak kalah dengan anak Amerika seperti yang sudah saya alami,” ujar pengagum mantan presiden BJ Habibie ini. (radarsemarang.com)
Tak tanggung-tanggung, perempuan 26 tahun sudah meraih dual master’s degree. Hebat kan? Master’s degree Pasca diperoleh di Amerika selama setahun. Ia lulus dari Ohio State University mengambil program studi Foreign and Second Language Education dan meraih gelar Master of Arts.
Pada Juni 2012, perempuan yang hobi menyanyi ini kembali ke Indonesia untuk menyelesaikan tesisnya di prodi dan PTN yang sama, Unnes.
“Waktu itu saya menyelesaikan tesis yang proposalnya sudah di-approved pembimbing saya di Amerika,” cerita Pasca sebagaimana dikutip Radar Semarang.
Sekitar Februari 2013, ada perekrutan dosen di Unnes. Pasca tertarik mengikuti tes dan dinyatakan lolos. Pada Maret, ia resmi menjadi dosen di almamaternya sendiri. Ia meraih gelar master pada usia 22 tahun, dan menjadi dosen termuda di kampusnya saat itu.
Pasca mengaku banyak mendapat pengalaman selama belajar di Ohio. Awal datang ke sana, ia mengaku mengalami culture shock secara sosial dan akademik, karena sistem pembelajaran yang berbeda, khususnya dalam membaca dan menulis.
“Di sana saya benar-benar dituntut banyak membaca dan menulis agar bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Selain itu, saya juga dituntut untuk membaca materi yang dibahas hari itu. Kalau tidak (membaca) ya tidak bisa ikut kelas,” kenang anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Pasca mengaku menjadi dosen sudah menjadi cita-citanya sejak kecil. Pasca kecil suka mengumpulkan anak-anak di sekitar rumahnya untuk diajari. Anak-anak kecil itu diberinya buku dan pensil bukan karena tidak mampu, tapi itulah cara Pasca menyalurkan minat pada dunia pendidikan. Bahkan agar terlihat lebih nyata, ia kerap meminjam sepatu dan tas ibunya yang kebetulan juga seorang guru untuk mengajar.
Ke depan, Pasca masih memiliki cita-cita lain, yakni ingin melanjutkan S3 di luar negeri jika kondisinya memungkinkan mengingat ia baru mengajar setahun. Pasca ingin memajukan pendidikan Indonesia dan mencoba melakukan perubahan dalam cara mengajar dengan memberikan kebebasan kepada mahasiswanya untuk berpendapat dan berpikir kritis.
“Anak-anak Indonesia sangat berpotensi, dan tidak kalah dengan anak Amerika seperti yang sudah saya alami,” ujar pengagum mantan presiden BJ Habibie ini. (radarsemarang.com)