Anda mungkin tidak percaya bahwa sepeda dengan rangka bambu bisa awet dan berkinerja seperti sepeda logam. Namun lain ceritanya kalau sepeda itu dirancang oleh para teknisi dan pakar industri dirgantara.
Industri sepeda bambu ini dipelopori oleh Jatnika, warga Cibinong, Bogor, yang terinspirasi ketika melihat produk serupa di luar negeri.
Sebagai pengrajin bambu, Jatnika mengetahui bahwa kualitas bambu Indonesia lebih kuat dan tahan lama untuk dibuat menjadi rangka sepeda, sehingga dia pun memulai proyeknya.
Industri sepeda bambu ini dipelopori oleh Jatnika, warga Cibinong, Bogor, yang terinspirasi ketika melihat produk serupa di luar negeri.
Sebagai pengrajin bambu, Jatnika mengetahui bahwa kualitas bambu Indonesia lebih kuat dan tahan lama untuk dibuat menjadi rangka sepeda, sehingga dia pun memulai proyeknya.
Bambu yang dipilih harus terlebih dulu diawetkan, dan Jatnika memilih cara tradisional dengan menggunakan sedikitnya 21 ramuan herbal untuk bahan rendaman. Setelah direndam tiga pekan, bahan dasar ini diolah menjadi sepeda utuh dalam waktu satu bulan.
Dalam proses produksi inilah Jatnika menggandeng rekan-rekannya yang berlatar belakang industri dirgantara karena produksi sepeda harus menerapkan teknologi aerodinamika dan presisi ukuran agar bisa dipasang komponen teknologi lainnya seperti gir.
"Kita gabung antara teknologi tinggi pesawat dengan budaya tradisional, bagaimana memilih dan mengawetkan bambu," kata Jatnika.
Karena menggunakan rangka bambu, sepeda Jatnika memiliki penampilan lebih indah dan artistik. Bukan itu saja, rangka bambu dia jamin lebih lentur dan tahan benturan dibandingkan bahan metal.
Karena nilai artistiknya, sepeda gunung dengan rangka bambu djual mulai Rp 10 juta, dijamin tak banyak orang lain yang punya. Sejumlah pelanggan di luar negeri pun sudah memesan sepeda Jatnika.
Masih belum yakin? Jatnika memberi garansi tiga tahun bagi pembeli.