Peneliti dari Arizona State University telah menciptakan sinar laser berwarna putih pertama di dunia yang berpotensi menjadi sumber cahaya alternatif untuk pencahayaan hingga perangkat elektronik.
Para peneliti meyakini sinar laser putih bisa dimanfaatkan untuk memberi penerangan pada rumah tangga hingga layar perangkat elektronik konsumen. Laser putih dapat menutupi 70 persen lebih warna pada standar layar saat ini.
Apalagi, laser diklaim mampu lebih hemat daya dibandingkan light-emitting diode (LED).
Lebih hebat lagi, laser putih disarankan dipakai pada Li-Fi, sebuah teknologi berbasis cahaya yang sedang dikembangkan untuk akses Internet nirkabel kecepatan tinggi.
Sekarang LED digunakan untuk mengembangkan Li-Fi, sebuah teknologi yang bisa bekerja 10 kali lebih cepat dari koneksi Wi-Fi saat ini berbasis spektrum radio.
Li-Fi yang memakai laser putih disebut bisa memberi kecepatan 10 sampai 100 kali lebih cepat dari Li-Fi yang berbasis LED.
Profesor di Sekolah Teknik Elektro Arizona State University, Cun-Zheng Ning, menulis penelitian mereka berjudul "A monolithic white laser" bersama mahasiswa doktoralnya, Fan Fan, Sunay Turkdogan, Zhicheng Liu, dan David Shelhammer. Penelitian ini dipublikasi di Nature Nanotechnology pada 27 Juli 2015.
Laser, yang diciptakan pada 1960, selama 50 tahun terakhir memancarkan setiap panjang gelombang cahaya tunggal, kecuali putih.
Untuk membuat cahaya putih laser, para peneliti Arizona State University memproduksi tiga laser semikonduktor tipis, masing-masing setebal seperseribu rambut manusia dan berbaris sejajar satu sama lain.
Setiap semikonduktor memancarkan salah satu dari tiga warna premier dan kemudian digabungkan bersama untuk membentuk warna putih. Seluruh perangkat juga dapat disetel untuk membuat warna dalam spektrum yang terlihat mata telanjang.
Para peneliti meyakini sinar laser putih bisa dimanfaatkan untuk memberi penerangan pada rumah tangga hingga layar perangkat elektronik konsumen. Laser putih dapat menutupi 70 persen lebih warna pada standar layar saat ini.
Apalagi, laser diklaim mampu lebih hemat daya dibandingkan light-emitting diode (LED).
Lebih hebat lagi, laser putih disarankan dipakai pada Li-Fi, sebuah teknologi berbasis cahaya yang sedang dikembangkan untuk akses Internet nirkabel kecepatan tinggi.
Sekarang LED digunakan untuk mengembangkan Li-Fi, sebuah teknologi yang bisa bekerja 10 kali lebih cepat dari koneksi Wi-Fi saat ini berbasis spektrum radio.
Li-Fi yang memakai laser putih disebut bisa memberi kecepatan 10 sampai 100 kali lebih cepat dari Li-Fi yang berbasis LED.
Profesor di Sekolah Teknik Elektro Arizona State University, Cun-Zheng Ning, menulis penelitian mereka berjudul "A monolithic white laser" bersama mahasiswa doktoralnya, Fan Fan, Sunay Turkdogan, Zhicheng Liu, dan David Shelhammer. Penelitian ini dipublikasi di Nature Nanotechnology pada 27 Juli 2015.
Laser, yang diciptakan pada 1960, selama 50 tahun terakhir memancarkan setiap panjang gelombang cahaya tunggal, kecuali putih.
Untuk membuat cahaya putih laser, para peneliti Arizona State University memproduksi tiga laser semikonduktor tipis, masing-masing setebal seperseribu rambut manusia dan berbaris sejajar satu sama lain.
Setiap semikonduktor memancarkan salah satu dari tiga warna premier dan kemudian digabungkan bersama untuk membentuk warna putih. Seluruh perangkat juga dapat disetel untuk membuat warna dalam spektrum yang terlihat mata telanjang.