Beberapa wanita di luar negeri banyak yang merayakan World Hijab Day (WHD) sebagai bentuk kebebasan hijabers berjilbab di tempat umum terutama di negara bagian barat. Sebagian dari mereka memeringatinya dengan mengajak wanita baik yang muslim maupun non-muslim untuk mengenakan jilbab seharian selama beraktivitas.
Seperti yang dilansir dari Huffington Post, salah satu lembaga masyarakat muslim di Amerika, Muslim Public Affairs Council (MPAC), memberikan tantangan kepada wanita dengan latar belakang berbeda-beda untuk menutupi kepala menggunakan scarf selama satu hari penuh. Kemudian didapatkan empat wanita yang bersedia untuk mencoba beraktivitas sambil mengenakan jilbab.
Salah satu di antaranya mengatakan bahwa masih banyak penduduk Amerika yang melihat hijab sebagai simbol dari penindasan. Namun seiring berjalannya waktu, paham itu sudah mulai pudar karena kini banyak wanita profesional yang sudah mengenakannya ketika bekerja.
Mereka kemudian berkumpul dalam satu ruangan. Tidak semua wanita memakai busana lengan panjang dan tertutup. Meskipun menggunakan lengan pendek tapi ia tetap diberikan scarf untuk dipakai seharian.
Sebelum keempat wanita itu pergi keluar ruangan, mereka terlebih dahulu diajari menggunakan scarf panjang oleh direktur program MPAC, Edina Lekovic. Mereka juga diajarkan cara melilitkan syal tersebut agar menutupi rambut dan leher. Bahkan salah satu di antaranya diberikan pengarahan untuk menggunakan peniti atau jarum pentul agar tidak mudah lepas.
Edina pun sedikit berbagi cerita mengenai pengalamannya ketika baru pertamakali memutuskan berhijab. Saat ia keluar rumah menggunakan jilbab untuk bekerja dan melakukan kegiatan lain di tempat umum, ada seorang wanita yang menghampirinya dan mengatakan 'Honey, you're in America now, you don't have to wear that here'.
Hal tersebut tidak menyurutkan langkah Edina untuk menanggalkannya. Ia tetap konsisten menggunakan hijab sampai saat ini. Mendengar cerita Edina, keempat peserta sempat gugup untuk keluar mengenakan hijab di tempat umum. Meskipun demikian, mereka tidak menyerah.
Tantangan pun dimulai, dua wanita pergi ke restoran untuk makan siang dan lainnya pergi ke tempat lain seperti bandara dan stasiun kereta api. Ada juga yang pergi bersama orangtuanya dengan tetap mengenakan jilbab.
Setelah tantangan selesai, semua wanita diminta bercerita mengenai pengalamannya memakai jilbab selama satu hari. Mereka mengatakan bahwa ada beberapa orang yang menatapnya aneh walaupun tidak ada pengalaman buruk yang merugikan. Bahkan salah satu wanita mendapatkan pengalaman yang mengesankan ketika memakainya.
Seperti ketika bertemu dengan wanita lain yang juga mengenakan jilbab di dalam kereta, mereka saling tersenyum walaupun tidak kenal. "Dia tersenyum kepadaku, kita seperti adik dan kakak dengan misi yang sama, dan memiliki keterkaitan sesama wanita, itu sangat manis," tutur seorang peserta berambut coklat.
Usai menyelesaikan tantangan tersebut, mereka mengaku tidak setuju dengan anggapan hijab merupakan simbol dari penindasan. Dengan memakai hijab, orang menjadi lebih ramah dan sederhana.
Seperti yang dilansir dari Huffington Post, salah satu lembaga masyarakat muslim di Amerika, Muslim Public Affairs Council (MPAC), memberikan tantangan kepada wanita dengan latar belakang berbeda-beda untuk menutupi kepala menggunakan scarf selama satu hari penuh. Kemudian didapatkan empat wanita yang bersedia untuk mencoba beraktivitas sambil mengenakan jilbab.
Salah satu di antaranya mengatakan bahwa masih banyak penduduk Amerika yang melihat hijab sebagai simbol dari penindasan. Namun seiring berjalannya waktu, paham itu sudah mulai pudar karena kini banyak wanita profesional yang sudah mengenakannya ketika bekerja.
Mereka kemudian berkumpul dalam satu ruangan. Tidak semua wanita memakai busana lengan panjang dan tertutup. Meskipun menggunakan lengan pendek tapi ia tetap diberikan scarf untuk dipakai seharian.
Sebelum keempat wanita itu pergi keluar ruangan, mereka terlebih dahulu diajari menggunakan scarf panjang oleh direktur program MPAC, Edina Lekovic. Mereka juga diajarkan cara melilitkan syal tersebut agar menutupi rambut dan leher. Bahkan salah satu di antaranya diberikan pengarahan untuk menggunakan peniti atau jarum pentul agar tidak mudah lepas.
Edina pun sedikit berbagi cerita mengenai pengalamannya ketika baru pertamakali memutuskan berhijab. Saat ia keluar rumah menggunakan jilbab untuk bekerja dan melakukan kegiatan lain di tempat umum, ada seorang wanita yang menghampirinya dan mengatakan 'Honey, you're in America now, you don't have to wear that here'.
Hal tersebut tidak menyurutkan langkah Edina untuk menanggalkannya. Ia tetap konsisten menggunakan hijab sampai saat ini. Mendengar cerita Edina, keempat peserta sempat gugup untuk keluar mengenakan hijab di tempat umum. Meskipun demikian, mereka tidak menyerah.
Tantangan pun dimulai, dua wanita pergi ke restoran untuk makan siang dan lainnya pergi ke tempat lain seperti bandara dan stasiun kereta api. Ada juga yang pergi bersama orangtuanya dengan tetap mengenakan jilbab.
Setelah tantangan selesai, semua wanita diminta bercerita mengenai pengalamannya memakai jilbab selama satu hari. Mereka mengatakan bahwa ada beberapa orang yang menatapnya aneh walaupun tidak ada pengalaman buruk yang merugikan. Bahkan salah satu wanita mendapatkan pengalaman yang mengesankan ketika memakainya.
Seperti ketika bertemu dengan wanita lain yang juga mengenakan jilbab di dalam kereta, mereka saling tersenyum walaupun tidak kenal. "Dia tersenyum kepadaku, kita seperti adik dan kakak dengan misi yang sama, dan memiliki keterkaitan sesama wanita, itu sangat manis," tutur seorang peserta berambut coklat.
Usai menyelesaikan tantangan tersebut, mereka mengaku tidak setuju dengan anggapan hijab merupakan simbol dari penindasan. Dengan memakai hijab, orang menjadi lebih ramah dan sederhana.