Kementerian Agama akan melaksanakan sidang isbat untuk menentukan awal Ramadan atau puasa 2015. Acara akan diagendakan sore ini, Selasa (16/6) di kantor Kemenag. Sidang itu akan dipimpin oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin dan dihadiri para ulama ahli falak dari berbagai ormas Islam serta pakar astronomi dari lembaga negara.
Menteri Lukman menjelaskan, sidang isbat seperti biasa akan dimusyawarahkan penentuan awal Ramadan di mana menggunakan dua metode utama, yaitu yakni rukyatul hilal (pengamatan pada bulan) dan hisab (perhitungan astronomis).
Sidang itu didahului rukyatul hilal petugas Kementerian Agama yang disebar di beberapa lokasi tertentu untuk mengamati penampakan bulan. Selanjutnya majelis sidang menetapkan awal bulan puasa dari hasil rukyat, apapun hasilnya, bulan terlihat atau tidak dapat dilihat.
Hingga saat ini, Menteri masih belum bisa memperkirakan awal Ramadan sebab semuanya tergantung pada hasil rukyatul hilal dan keputusan sidang isbat.
Menag hanya menjelaskan, apabila sore nanti bulan terlihat, maka awal puasa akan jatuh pada Rabu (17/6). Pun sebaliknya, usia bulan Syaban digenapkan menjadi 30 hari sehingga awal puasa ditetapkan pada 18 Juni atau hari Kamis lusa.
"Jadi tergantung musyawarahnya nanti," kata Menteri, dilansir dari Viva.
Sidang Isbat kali ini digelar tertutup sesuai saran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal itu untuk mencegah adanya kebingungan di masyarakat umum sebab sidang Isbat membahas hal-hal teknis berdasarkan hukum Islam yang dikuatkan oleh pakar astronomi atau falak.
Terkadang sidang isbat menyisakan perdebatan di tengah masyaraakt. Ada yang setuju, namun ada pula kelompok yang menentang. Padahal, argumentasi penetapan awal Ramadan atau Lebaran yang berbeda itu belum tentu mereka pahami.
Menteri Lukman menjelaskan, sidang isbat seperti biasa akan dimusyawarahkan penentuan awal Ramadan di mana menggunakan dua metode utama, yaitu yakni rukyatul hilal (pengamatan pada bulan) dan hisab (perhitungan astronomis).
Sidang itu didahului rukyatul hilal petugas Kementerian Agama yang disebar di beberapa lokasi tertentu untuk mengamati penampakan bulan. Selanjutnya majelis sidang menetapkan awal bulan puasa dari hasil rukyat, apapun hasilnya, bulan terlihat atau tidak dapat dilihat.
Hingga saat ini, Menteri masih belum bisa memperkirakan awal Ramadan sebab semuanya tergantung pada hasil rukyatul hilal dan keputusan sidang isbat.
Menag hanya menjelaskan, apabila sore nanti bulan terlihat, maka awal puasa akan jatuh pada Rabu (17/6). Pun sebaliknya, usia bulan Syaban digenapkan menjadi 30 hari sehingga awal puasa ditetapkan pada 18 Juni atau hari Kamis lusa.
"Jadi tergantung musyawarahnya nanti," kata Menteri, dilansir dari Viva.
Sidang Isbat kali ini digelar tertutup sesuai saran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal itu untuk mencegah adanya kebingungan di masyarakat umum sebab sidang Isbat membahas hal-hal teknis berdasarkan hukum Islam yang dikuatkan oleh pakar astronomi atau falak.
Terkadang sidang isbat menyisakan perdebatan di tengah masyaraakt. Ada yang setuju, namun ada pula kelompok yang menentang. Padahal, argumentasi penetapan awal Ramadan atau Lebaran yang berbeda itu belum tentu mereka pahami.