Angeline, anak delapan tahun yang ditemukan dikubur di belakang rumahnya di Bali merupakan korban kejahatan kemanusiaan, kata Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait.
Arist yang sempat berkunjung ke rumah Angeline di daerah Sanur, Bali, tanggal 24 Mei lalu mengatakan hasil otopsi yang dilihat Komnas PA menunjukkan "adanya benturan di kepala, wajah rusak, jeratan di leher dan sundutan rokok" di tubuh Angeline.
"Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan," kata Arist dan menambahkan otopsi lebih lanjut akan mengungkap apakah terjadi kekerasan seksual atau tidak terhadap Angeline. Seperti yang dilansir BBC Indonesia
Ungkapan duka mengalir di media sosial dan kisah tragis Angeline ini disinggung lebih dari 49.000 kali di Twitter sampai Rabu sore (10/06).
Angeline dinyatakan hilang oleh keluarga angkatnya pada pertengahan Mei lalu dan pencarian juga dilakukan melalui Facebook dengan akun Find Angeline - Bali's Missing Child.
Di antara yang menyatakan duka termasuk Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi, yang sempat berusaha mengunjungi rumah Angeline.
"Selamat kepada jajaran Polda Bali yg telah menemukan keberadaan Angeline. Duka cita yg dalam," Tulis Yuddy dalam akun Twitternya.
Rumah tak layak huni
Arist Merdeka Sirait dalam kapasitas sebagai ketua Komnas PA berkunjung pada 24 Mei lalu setelah mendapat laporan tentang hilangnya Angeline dari ibu angkatnya sendiri.
"Rumah itu tidak layak dihuni oleh siapapun, mendatangkan berbagai penyakit. Tidak nyaman, aroma tidak baik, kotor (karena ada ayam, anjing, kucing). Tidak layak dihuni oleh manusia," kata Arist.
Arist juga mengatakan kekerasan terhadap anak sering terjadi di Indonesia namun ia menyebut insiden kali ini sebagai sesuatu yang luar biasa.
"Ini bukan peristiwa baru namun luar biasa karena menyangkut kejahatan kemanusiaan, bagaimana seorang ibu angkat menutupi persoalan dan menuduh orang lain yang tidak berbuat baik. Ini alibi-alibi yang dilakukan," tambah Arist.
Sementara itu seorang pegiat perlindungan anak, Rosti Munthe, yang mendampingi Arist menelusuri kasus ini mengatakan dalam tiga bulan terakhir banyak cerita sedih di seputar Angeline.
"Dia dalam kondisi kotor sehingga gurunya kasihan dan dimandikan," kata Rosti.
Melalui Facebook BBC Indonesia, Rahmawati Eriyadini menulis, "Dengan posisi jenazah tertekuk memeluk bonekanya erat, bayangkan bagaimana saat terakhir Angeline kecil: sendiri, tidak dicintai.
Tega sekali ibu angkatnya. Bukan hanya bertahun menelantarkan, tetapi juga akan membayar perbuatannya dengan konsekuensi berat disertai penyesalan seumur hidup."
Sementara Ferispatih Surga menulis, "Surga adalah tempatmu bermain nak karena dunia sepertinya tak layak untuk malaikat kecil sepertimu."
Arist yang sempat berkunjung ke rumah Angeline di daerah Sanur, Bali, tanggal 24 Mei lalu mengatakan hasil otopsi yang dilihat Komnas PA menunjukkan "adanya benturan di kepala, wajah rusak, jeratan di leher dan sundutan rokok" di tubuh Angeline.
"Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan," kata Arist dan menambahkan otopsi lebih lanjut akan mengungkap apakah terjadi kekerasan seksual atau tidak terhadap Angeline. Seperti yang dilansir BBC Indonesia
Ungkapan duka mengalir di media sosial dan kisah tragis Angeline ini disinggung lebih dari 49.000 kali di Twitter sampai Rabu sore (10/06).
Angeline dinyatakan hilang oleh keluarga angkatnya pada pertengahan Mei lalu dan pencarian juga dilakukan melalui Facebook dengan akun Find Angeline - Bali's Missing Child.
Di antara yang menyatakan duka termasuk Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi, yang sempat berusaha mengunjungi rumah Angeline.
"Selamat kepada jajaran Polda Bali yg telah menemukan keberadaan Angeline. Duka cita yg dalam," Tulis Yuddy dalam akun Twitternya.
Rumah tak layak huni
Arist Merdeka Sirait dalam kapasitas sebagai ketua Komnas PA berkunjung pada 24 Mei lalu setelah mendapat laporan tentang hilangnya Angeline dari ibu angkatnya sendiri.
"Rumah itu tidak layak dihuni oleh siapapun, mendatangkan berbagai penyakit. Tidak nyaman, aroma tidak baik, kotor (karena ada ayam, anjing, kucing). Tidak layak dihuni oleh manusia," kata Arist.
Arist juga mengatakan kekerasan terhadap anak sering terjadi di Indonesia namun ia menyebut insiden kali ini sebagai sesuatu yang luar biasa.
"Ini bukan peristiwa baru namun luar biasa karena menyangkut kejahatan kemanusiaan, bagaimana seorang ibu angkat menutupi persoalan dan menuduh orang lain yang tidak berbuat baik. Ini alibi-alibi yang dilakukan," tambah Arist.
Sementara itu seorang pegiat perlindungan anak, Rosti Munthe, yang mendampingi Arist menelusuri kasus ini mengatakan dalam tiga bulan terakhir banyak cerita sedih di seputar Angeline.
"Dia dalam kondisi kotor sehingga gurunya kasihan dan dimandikan," kata Rosti.
Melalui Facebook BBC Indonesia, Rahmawati Eriyadini menulis, "Dengan posisi jenazah tertekuk memeluk bonekanya erat, bayangkan bagaimana saat terakhir Angeline kecil: sendiri, tidak dicintai.
Tega sekali ibu angkatnya. Bukan hanya bertahun menelantarkan, tetapi juga akan membayar perbuatannya dengan konsekuensi berat disertai penyesalan seumur hidup."
Sementara Ferispatih Surga menulis, "Surga adalah tempatmu bermain nak karena dunia sepertinya tak layak untuk malaikat kecil sepertimu."