Lima patung kayu setinggi hampir semeter berada di ruang pamer Heritage museum ini. Kondisinya masih cukup bagus meski diklaim berasal dari beberapa abad lampau. "Patung ini yang membuat saya penasaran," ujar Marc Restellini, pendiri museum ini (29/5/2015).
Restellini mengaku pada awalnya mengira patung ini dari Afrika. Beberapa temannya pun semula mengira patung itu dari Afrika. Dengan bantuan kuratornya, Bruce Carpenter, Restellini mendapatkan informasi yang lebih lengkap, patung-patung ini berasal dari Batak.
Seperti yang dilansir Tempo, Restellini, sejarawan seni lulusan Universite Pantheon Sorbonne, Prancis, mengatakan bahwa sejarah bangsa Afrika merupakan sejarah yang masih muda dibandingkan dengan sejarah suku Batak. "Budaya Batak rupanya jauh lebih tua," katanya.
Lalu apa hubungannya dengan seni Afrika? Menurut Carpenter, ada kemungkinan bangsa Austronesia--termasuk dari nenek moyang suku Batak pernah berlayar ke Afrika. "Dari sanalah kemungkinan mereka berinteraksi dan memberi inspirasi pada generasi berikutnya," ujarnya.
Patung Batak lainnya juga dipamerkan di salah satu sudut ruang di museum itu. Patung itu disandingkan dengan beberapa artefak, patung kontemporer, dan lukisan. Salah satunya dari Pollock Jakson.
"Saya ingin budaya yang dianggap primitif ini sejajar dengan seni modern. Siapa tahu yang primitif ini menginspirasi Pollock, Picasso, Modigiliani, atau seniman lain," kata Carpenter sambil menunjukkan koleksi topeng perunggu dan emas kuno.
Restellini mengaku pada awalnya mengira patung ini dari Afrika. Beberapa temannya pun semula mengira patung itu dari Afrika. Dengan bantuan kuratornya, Bruce Carpenter, Restellini mendapatkan informasi yang lebih lengkap, patung-patung ini berasal dari Batak.
Seperti yang dilansir Tempo, Restellini, sejarawan seni lulusan Universite Pantheon Sorbonne, Prancis, mengatakan bahwa sejarah bangsa Afrika merupakan sejarah yang masih muda dibandingkan dengan sejarah suku Batak. "Budaya Batak rupanya jauh lebih tua," katanya.
Lalu apa hubungannya dengan seni Afrika? Menurut Carpenter, ada kemungkinan bangsa Austronesia--termasuk dari nenek moyang suku Batak pernah berlayar ke Afrika. "Dari sanalah kemungkinan mereka berinteraksi dan memberi inspirasi pada generasi berikutnya," ujarnya.
Patung Batak lainnya juga dipamerkan di salah satu sudut ruang di museum itu. Patung itu disandingkan dengan beberapa artefak, patung kontemporer, dan lukisan. Salah satunya dari Pollock Jakson.
"Saya ingin budaya yang dianggap primitif ini sejajar dengan seni modern. Siapa tahu yang primitif ini menginspirasi Pollock, Picasso, Modigiliani, atau seniman lain," kata Carpenter sambil menunjukkan koleksi topeng perunggu dan emas kuno.