Kondisi di Nepal menjadi semakin buruk dalam 24 jam terakhir, terutama dengan turunnya hujan deras, sehingga semakin menambah penderitaan para pengungsi. Bahkan di hari yang cerah, kamp-kamp darurat di pusat Kathmandu menjadi tempat yang menyedihkan.
Dengan perkiraan hujan akan turun lebih sering di pekan depan, krisis tempat penampungan pasca-gempa di Kathamandu akan menjadi hal penting untuk dicari jalan keluarnya.
"Pemerintah tidak memberikan apa-apa," kata salah satu warga kota yang hidup di bawah terpal dengan keluarganya.
Dia mengatakan tempat penampungan basah dengan banyak di antaranya yang tidak memiliki kasur. Ini membuat anak-anak banyak yang jatuh sakit.
Seorang wanita lain mengatakan semua keluarganya telah sakit setelah mereka diberi air minum yang kotor. Dia mengatakan sanitasi di kamp itu sangat menjijikkan.
Bahkan, seorang perawat asal Kiwi, Alyssa Lowe, yang baru saja kembali dari perjalanan Himalaya setelah terhambat gempa mengatakan jika ia ingin menggunakan keahliannya untuk membantu. Namun dia tidak tahu harus mulai dari mana.
"Ada begitu banyak (pengungsi)," katanya. "Di sini memerlukan perumahan yang layak, tempat tinggal yang memadai. Sekarang di sini tidak memadai."
Lowe juga mengatakan rakyat Nepal sangat membutuhkan makanan, bantuan, dan persediaan medis.
Dilansir dari laman 3NEWS, diperkirakan sekitar 25 ribu orang saat ini tinggal di kamp-kamp darurat. Beberapa orang mengatakan mereka ingin keluar dari rumah. Jumlah pengungsi diperkirakan bisa lebih besar lagi.
Terhitung sudah empat hari sejak gempa yang terjadi Sabtu, 25 April 2015 lalu, hari ini pemerintah Nepal mengumumkan orang-orang yang selamat akan diminta kembali ke rumah. Mereka khawatir kamp-kamp pengungsi menjadi tempat berkembang biaknya berbagai penyakit.
Sejauh ini korban tewas akibat gempa mematikan 7,9 Skala Richter pada Sabtu lalu telah meningkat menjadi lebih dari 5 ribu orang, tapi diperkirakan bisa mencapai 10 ribu orang.
Dengan perkiraan hujan akan turun lebih sering di pekan depan, krisis tempat penampungan pasca-gempa di Kathamandu akan menjadi hal penting untuk dicari jalan keluarnya.
"Pemerintah tidak memberikan apa-apa," kata salah satu warga kota yang hidup di bawah terpal dengan keluarganya.
Dia mengatakan tempat penampungan basah dengan banyak di antaranya yang tidak memiliki kasur. Ini membuat anak-anak banyak yang jatuh sakit.
Seorang wanita lain mengatakan semua keluarganya telah sakit setelah mereka diberi air minum yang kotor. Dia mengatakan sanitasi di kamp itu sangat menjijikkan.
Bahkan, seorang perawat asal Kiwi, Alyssa Lowe, yang baru saja kembali dari perjalanan Himalaya setelah terhambat gempa mengatakan jika ia ingin menggunakan keahliannya untuk membantu. Namun dia tidak tahu harus mulai dari mana.
"Ada begitu banyak (pengungsi)," katanya. "Di sini memerlukan perumahan yang layak, tempat tinggal yang memadai. Sekarang di sini tidak memadai."
Lowe juga mengatakan rakyat Nepal sangat membutuhkan makanan, bantuan, dan persediaan medis.
Dilansir dari laman 3NEWS, diperkirakan sekitar 25 ribu orang saat ini tinggal di kamp-kamp darurat. Beberapa orang mengatakan mereka ingin keluar dari rumah. Jumlah pengungsi diperkirakan bisa lebih besar lagi.
Terhitung sudah empat hari sejak gempa yang terjadi Sabtu, 25 April 2015 lalu, hari ini pemerintah Nepal mengumumkan orang-orang yang selamat akan diminta kembali ke rumah. Mereka khawatir kamp-kamp pengungsi menjadi tempat berkembang biaknya berbagai penyakit.
Sejauh ini korban tewas akibat gempa mematikan 7,9 Skala Richter pada Sabtu lalu telah meningkat menjadi lebih dari 5 ribu orang, tapi diperkirakan bisa mencapai 10 ribu orang.